Mayoritas pekerja Indonesia lulusan SD, ekonomi terhambat
Peneliti Pusat Peneliti Ekonomi (P2E) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Latief Adam menyebut kualitas tenaga kerja Indonesia untuk menunjang pertumbuhan perekonomian masih sangat kurang. Komposisi tenaga kerja Indonesia didominasi oleh pekerja lulusan Sekolah Dasar (SD). Menurut Latief, keadaan seperti ini hanya menjadi beban bagi pemerintah untuk mengejar pertumbuhan. Selaiknya, penduduk adalah penyokong pertumbuhan ekonomi yang menjadi aset bangsa, dengan porsi seimbang antara tenaga kerja dan pemberi kerja.
"Kita lebih tinggi lulusan SD. Banyak penduduk kita beban pembangunan dibandingkan dengan perannya sebagai aset. Dalam ekonomi harusnya penduduk itu ada 3 peran penting sebagai produsen, konsumen, pembayar pajak," ucap Latief dalam seminar LIPI di kantor pusat LIPI, Jakarta, Senin (23/12).
Latief secara tegas mengatakan
"Kita hitung pola konsumsi ada temuan yang sangat mengecewakan konsumsi protein, susu, telur terus turun. Stabil hanya daging karena mungkin ada Idul Adha. Yang diperoleh di pasar seperti telur, susu penurunan signifikan. Konsumsi karbohidrat kita malah mengalami peningkatan," tegasnya.
Latief juga membantah kurangnya konsumsi protein masyarakat karena tingginya bahan pangan. Menurut Latief jika memang harga pangan mahal maka petani seharusnya sudah sejahtera. Saat ini ada yang tidak beres dalam industri pangan Indonesia.
"Pangan tinggi kan seharusnya kesejahteraan petani tinggi. Sekarang nilai tukar petani semakin lama semakin turun. Walau pangan naik mereka belum menikmati kenaikan," tutupnya.
Komentar : Menurut saya, keadaan seperti ini hanya menjadi beban bagi pemerintah untuk mengejar pertumbuhan. Sebaiknya, penduduk adalah penyokong pertumbuhan ekonomi yang menjadi aset bangsa, dengan porsi seimbang antara tenaga kerja dan pemberi kerja.
"Kita lebih tinggi lulusan SD. Banyak penduduk kita beban pembangunan dibandingkan dengan perannya sebagai aset. Dalam ekonomi harusnya penduduk itu ada 3 peran penting sebagai produsen, konsumen, pembayar pajak," ucap Latief dalam seminar LIPI di kantor pusat LIPI, Jakarta, Senin (23/12).
Latief secara tegas mengatakan
"Kita hitung pola konsumsi ada temuan yang sangat mengecewakan konsumsi protein, susu, telur terus turun. Stabil hanya daging karena mungkin ada Idul Adha. Yang diperoleh di pasar seperti telur, susu penurunan signifikan. Konsumsi karbohidrat kita malah mengalami peningkatan," tegasnya.
Latief juga membantah kurangnya konsumsi protein masyarakat karena tingginya bahan pangan. Menurut Latief jika memang harga pangan mahal maka petani seharusnya sudah sejahtera. Saat ini ada yang tidak beres dalam industri pangan Indonesia.
"Pangan tinggi kan seharusnya kesejahteraan petani tinggi. Sekarang nilai tukar petani semakin lama semakin turun. Walau pangan naik mereka belum menikmati kenaikan," tutupnya.
Komentar : Menurut saya, keadaan seperti ini hanya menjadi beban bagi pemerintah untuk mengejar pertumbuhan. Sebaiknya, penduduk adalah penyokong pertumbuhan ekonomi yang menjadi aset bangsa, dengan porsi seimbang antara tenaga kerja dan pemberi kerja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar